Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu
merupakan pengetahuan yang di dapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkanya harus memenuhi syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan
dengan metode ilmiah. Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Metodologi
merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode
tersebut. Jadi metodologi ilmiah
merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode
ilmiah. Metodologi ini secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan
epistemology. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan.
Seperti
diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode
ilmiah merupakan ekspresi cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka
pengetahuan yang dihasikan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional terpuji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang
disusunya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini metode
ilmiah mencoba menggambarkan cara berfikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam
membangun tubuh pengetahuanya.
Metode Berfikir
Ilmiah
Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan
antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini
berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme. Memang terdapat beberapa
kelemahan berpikir secara rasionalisme dan empirisme, karena kebenaran dengan
cara bepikir ini bersifat relative atau tidak mutlak. Oleh karena itu, seorang
sarjanaa atau ilmuwan haruslah bersifat rendah hati dan mengakui adanya
kebenaran mutlak tidak bisa dijangkau oleh cara berpikir mutlak yang bisa
dijangkau oleh cara berpikir ilmiah.
Selain secara deduktif dan induktif, ada metode
berpikir ilmiah yang lain adalah non-deduksi dimana menggabungkan antara
induksi dan deduksi.Dan yang terakhir adalah metode penyelidikan ilmiah.
Metode Deduktif
Metode deduktif adalah kebalikan dari induktif. Kalau
induktif bergerak dari hal – hal yang bersifat khusus ke umum, maka metode
deduktif sebaliknya, yaitu : bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal)
kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus. Cara deduksi
ini banyak dipakai dalam logika klasik Aristoteles, yaitu dalam
membentuk Syllogisme yang menarik kesimpulan berdasarkan atas dua premis
mayor dan minor sebelumnya. Contohnya yang paling klasik :
- Semua manusia bisa mati
- Socrates adalah manusia
- Jadi, Socrates bisa mati
Berfikir
deduktif memberikan sifat yang rasional
kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah
dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah
disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang
baru berdasarkan pengetahuan yang ada. Dengan demikian maka ilmu merupakan
tubuh pengetahuan yang tersusun dan terorganisasikan dengan baik sebab penemuan
yang tidak teratur dapat diibaratkan sebagai ‘’rumah atau batu yang bercerai
berai’’. Secara konsisten dan koheren maka ilmu coba memberikan penjelsan yang
rasional kepada obyek yang berada dalm fokus penelahaan.
Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria
kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab
sesuai dengan hakikat rasionalisme yang bersifat pluralistic, maka dimungkinkan
disusunnya berbagai penjelasan terhadap suatu obyek pemikiran tertentu.
Meskipun argumentasi secara rasional didasarkan kepada premis ilmiah yang telah
teruji kebenaran namun dimungkinkan pula pilihan yang berbeda dari sejumlah
premis ilmiah yang tersedia yang dipergunakan dalampenyusunan argumentasi. Oleh
sebab itu maka dipergunakan pula cara berfikir induktif yang berdasarkan
kriteria kebenaran korespondensi.
Teori
korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya
materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian (berkorespondensi)
dengan obyek faktual yang ditujuoleh pernyataan tersebut. Atau dengan kata
lain, suatu pernyataan adalah benar terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung
pernyataan itu. Sekiranya orang menyatakan bahwa ‘’salju itu berwarna putih’’
maka pernyataan itu adalah benar sekiranya terdapat kenyataan yeng mendukung
isi pernyataan tersebut, yakni bahwa dalam daerah pengalaman kita memang dapat
diuji bahwasalju itu benar-benar berwarna putih. Bagi mereka yang sudah bisa
melihat salju maka penguji semacam iini tidaklah terlalu berarti, namun bagi
mereka yang belum pernah melihat salju, maka pengujian secara empiris mempunyai
suatu makna yang lain. Hal ini akan mempunyai arti yang lebih lagi sekiranya
seseorang menyatakan umpamanya bahwa ‘’terdapat partikel x dalam atom yang
sebelumnya belum diketahui manusia’’. Pengujian secara empiris dan pernyataan
semacam ini jelas bersifat imperative,
sebab bagaimana kita semua dapat mempercayai
kebenaran pernyataan itu, bila tak ada seorang pun yang melihat partikel
X itu sebelumnya?
Keadaan seperti
ini sering terjadi dalam pengkajian masalah keilmuwan, yakni bila bila kita
dihadapkan dengan pernyataan-pernyataan yang secara empiris belum kita kenali.
Dan justru disinilah sebenarnya esensi dari penemuan ilmiah yakni bahwa kita
mengetahui sesuatu yang belum pernah kita ketahui dalam pengkajian ilmiah
sebagai kesimpulan dalam penlaran deduktif. Kesimpulan yang ditarik seperti ini
sering memberikan kita pengetahuan yang belum kita kenal sebelumnya.
Metode Induktif
Metode Induktif adalah suatu cara penganalisaan ilmiah yang
bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individu) menuju kepada hal
yang besifat umum (universal). Jadi cara induksi dimulai dari penelitian
tehadap kenyataan khusus satu demi satu kemudian diadakan generalisasi dan
abstraksi lalu diakhiri dengan kesimpulan umum.
Proses Induksi
di mulai dengan peranan terhadap verifikasi atau pengujian hipotesis
dimana dikumpulkan fakta-fakta empiris
untuk menilai apakah sebuah hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sebenarnya
dalam proses penyusunan hipotesis ini, meskipun dasar berfikirnya adalah metode
deduktif kegiatannya adalah induktif. Kita tidak mampu memecahkan masalah hanya
sambil bergoyang kaki di belakang meja sambil tengadah kelangit biru mencari
gagasan yang mungkin dapat digunakan untuk menyusun hipotesis. Penyusunan
hipotesis di lakukan dengan pengamatan secara deduktif.
Langkah
selanjutnya sesudah menyusun hipotesis adalah menguji hipotesis tersebut dan
membandingkannya dengan dunia fisik yang nyata. Jadi cara induksi dimulai dari penelitian tehadap kenyataan
khusus satu demi satu kemudian diadakan generalisasi dan abstraksi lalu
diakhiri dengan kesimpulan umum.
Metode
induksi ini memang paling banyak digunakan oleh ilmu pengetahaun, utamanya ilmu
pengetahuan alam, yang dijalankan dengan cara observasi dan eksperimentasi.
Jadi metode ini berdasarkan kepada fakta – fakta yagn dapat diuji kebenarannya.
Metode Nondeduksi
Metode nondeduksi merupakan
gabungan dari metode deduksi dan metode induksi. Apabila kita menggunakan
metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh pengetahuan analitik
apriori dan pengetahuan analitik aposteriori.
Metode analisis ialah cara
penanganan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan
pengertian yang satu dengan yang lainnya. Pengertian analisis apriori misalnya,
definisi segitiga mengatakan bahwa segitiga itu merupakan suatu bidang yang
dibatasi oleh tiga garis lurus saling beririsan yang membentuk sudut sejumlah
180 derajat. Pengetahuan analisis aposteriori berarti bahwa kita menerapakan
metode analisis terhadap suatu bahan yang terdapat di dalam empiris atau dalam
pengalaman sehari-hari memperoleh sesuatu pengetahuan tertentu. Misalnya,
setelah kita mengamati sejumlah kursi yang ada, kemudian kita berusaha untuk
menentukan apakah yang dinamakan kursi itu? Definisinya misalnya, kursi adalah
perabotan kantor atau rumah tangga yang khusus di sediakan untuk tempat duduk.Pengetahuan
yang di peroleh dengan yang menerapkan metode sintesis dapat berupa pengetahuan
sintetis apriori dan pengetahuan sintetis aposteriori.
Metode sintesis ialah cara
penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan cara menggabungkan pengertian
yang satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan yang
baru. Pengetahuan sintesis apriori misalnya, pengetahuan bahwa satu di tambah
empat sama dengan lima. Aposteriori menunjukan kepada hal-hal yang adanya
berdasarkan atau bterdapat melalui pengalaman atau dapat di buktiakan dengan
melakukan yang di tangkap oleh indrawi. Pengetahuan sintesis aposteriori itu
merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan cara mengabung-gabungkan
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain menyangkut hal-hal yang
terdapat dalam alam tangkapan indrawi atau yang adanya dalam pengalaman
empiris.
Metode deduksi ialah metode yang
cara penangananya terhadap suatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan
mengenai hal-hal yang bersifat khusus berdasarkan atas ketentuan hal-hal yang
bersifat umum.
Metode induksi ialah cara
penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan yang
bersifat umum atau yang bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau
pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
Metode Penyelidikan Ilmiah
Metode penyelidikan ilmiah dapat di bagi
menjadi dua, metode pendidikan berbentuk daur/metode siklus empiris atau metode
vertikal atau yang berbentuk garis lemmpeng/metode linier. Yang dinamakan
metode siklus empiris ialah suatu cara penanganan terhadap seseatu objek ilmiah
tertentu yang biasnya bersifat empiris-kealaman dan penerapanya terjadi di
tempat yang tertutup, seperti di dal laboratorium, dan sebagainya.
Secara singkat dapatlah dikatakan bahwa
penerapan metode siklus-empiris itu berupa, pertama-tama pengamatan terhadap
sejumlah hal atau kasus yang sejenis, kemudian berdasarkan atas pengamatan itu
kita menarik kesimpilan yang bersifat sementara berupa ‘hipotesa-hipotesa’ dan
dalam nabak terakhir, kita mengadakan terhadap hipotesa itu dalam
eksperimen-eksperimen. Apabila kiata sudah berulan-ulang mengadakan eksperimen
dan hasilnya juga sama, artinya menunjukan hipotesa itu mengandung kebenaran
maka dalam hal ini berarti bahwa hipotesa tersebut telah di kukuhkan
kebenaranya.
Jika sifat atau objeknya begitu
pentingnya, orang melakukan kajian-kajian lebih lanjut. Apabila ternyata
hipotesa tersebut bisa bertahan maka dapatlah hipotesa yang bersangkutan
ditingkatkan martabatnya menjadi teori-teori. Akan tetapi, apabila ternyata
halnya atau objeknya di pandan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, dengan
melakukan kajian-kajian berikutnya dapatlah teori-teori yang bersangkutan(bila
dapat bertahan) ditingkatkan menjadi ‘hukum-hukum alam’. Dalam hal ini berarti
bahwa isi kebenaran dari isi teori-teori tersebut telah diperiksa sekali lagi
atau telah di teliti secara dalam mengenai isi kebenaranya (vertifikasi
terhadap teori-teori).
Dengan demikian, dapatlah dikatakan
bahwa manakalah kita menerapkan metode penyelidikan ilmiah yang berbentuk
daur/metode siklus-empiris, maka pengetahuan yang dapat dihasilkannya akan
berupa hipotesa,teori, dan hukum-hukum alam.
Metode vertikal/berbentuk garis tegak
lurus atau mmetode linier/ berbentuk garis lempeng yang digunakan dalam
penyelidikan yang pada umumnya mempunyai objek materinya hal-hal yang ada pada
dasarnya bersifat kewajiban, yaitu yang lazimnya berupa atau terjema dalm
tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan seperti dalam bidang
politik,ekonomi,sosial dan sebagainya.Penerapan metode semacam ini apabila
dikatakan mengambil bentuk garis tegak lurus berarti suatu proses bertahap, dan
apabila dikatakan mengambil bentuk garis lempeng berarti proses yang bersifat
setapak demi setapak.
Penerapan metode ini diawali dengan
pengumpulan bahan penyelidikan secukupnya, kemudian bahan yang masuk tadi
dikelompokan menurut suatu pola atau bagan tertentu. Dalam babak terakhir kita
menarik kesimpulan yang umum berdasarkan atas pengelompokan bahan semacam itu
dan apabila dipandang perlu kita dapat pula mengadakan peramalan/prediksi yang
menyangkut objek penyelidikan yang bersangkutan. Penyelididkan semaam ini
biasanya dilakukan di alam bebas atau alam terbuka, yaitu kelompok manusia
tertentu.